Songket, Kain Tradisional Aceh yang Lekat dengan Perjuangan

Kain tradisional Aceh seringkali identik dengan songket, merupakan salah satu bentuk kerajinan tangan yang dilakukan secara tradisional.

Pembuatan kain tradisional Aceh ini diwariskan secara turun temurun dengan menggunakan alat tenun kaki tangan (ATKT).

Bermodalkan peralatan yang bisa disebut sangat sederhana, benang yang sudah terpasang kemudian dibuat berbagai macam keperluan.

Sehingga lahirlah buah tangan yang sangat apik dan bisa dimanfaatkan sebagai hiasan meja, hiasan dinding dan keperluan lainnya dengan motif berwarna-warni.

Namun kalian harus tahu, ternyata songket Aceh bukan lahir belakangan dan dibuat hanya untuk mengikuti perkembangan dunia tekstil atau busana.

Di dalamnya mengandung nilai-nilai budaya yang hidup di dalam masyarakat. Hal ini tak berbeda dengan daerah lain di Indonesia, setiap kain di daerah tersebut mewakili kekhasan daerahnya.

Bicara kain tradisional Aceh, maka tidak salah jika ingatan kita melayang ke zaman penjajahan dahulu.

Songket Aceh dengan bangganya dikenakan para pejuang Aceh. Di sana dilengkapi dengan beragam ornamen sehingga menambah anggun tampilannya.

Ada yang ditenun dengan motif kaligrafi, membentuk bacaan kalimat "Lailahaillallah" yang artinya Tiada Tuhan Selain Allah.

Inilah yang dinilai menjadi letak kekuatan kain tersebut membangkitkan semangat rakyat Aceh yang memegang keyakinan sebagai muslim.

Kain tradisional Aceh dikabarkan telah lahir sejak ratusan tahun silam. Hal ini bisa disamakan dengan budaya membatik pada masyarakat Jawa.

Foto: Instagram songket_aceh

Kejayaan Kain Tradisional Aceh

Kain tenun Aceh pernah mengalami puncak kejayaannya pada era 1970-an. Ada banyak sektor yang turut mendukungnya sehingga menjadi populer.

Diantaranya ialah kerajinan bordir, kerajinan kasab, batik Aceh, Songket Aceh, industri sepatu kulit, industri makanan dan kue tradisional pakaian.

Hal tersebut menjadi salah satu kawasan potensi industri berskala besar.

Bicara songket Aceh, ada baiknya tidak melaupakan satu nama yaitu Nyak Mu di kecamatan Darussalam, Aceh Besar.

Beliau yang memiliki pengaruh yang kuat dalam perkembangan usaha tenun songket Aceh. Kesehariannya bisa dikatakan selalu dekat dengan kain.

Sangking cintanya dengan kain, ia mampu menjaga kelestarian songket Aceh melewati empat periode peperangan dan juga tsunami.

Pada tahun 1973 ia mendirikan usaha tenun songket. Sejak saat itu ia tak pernah lelah menjadi guru bagi ratusan perempuan Aceh yang datang dari Aceh Timur, Lamno, Aceh Besar, serta Banda Aceh.

Semuanya ingin belajar membuat kain tradisional Aceh berupa tenun songket. Dengan demikian, kini muncul generasi penerus yang mewarisi keindahan kain ini.

Nyak Mu tidak memikirkan dirinya sendiri. Ia akan sangat merasa bangga jika ilmunya dikuasai para muridnya dan membuka usaha sendiri di rumah masing-masing.

Tak heran jika sekarang banyak desa memiliki penenun songket Aceh yang ternama berkat ilmu yang diturunkan Nyak Mu.

Nyatanya, Nyak Mu tak hanya fasih meniru motif tradisional, tetapi juga mahir menciptakan motif baru. Puluhan motif baru telah diciptakannya, di antaranya pintu Aceh dan bungong kertah (bunga kertas).

Motif-motif tradisional ini bahkan dibukukan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh tahun 1992.

Pada periode 80-an hingg awal 90-an, kain tradisional Aceh karya Nyak Mu dipamerkan di Jakarta, Bali, hingga Sri Langka, Singapura dan Malaysia.

Bukan hanya songketnya yang dibawa, namun Nyak Mu yang turut serta mempraktikkan langsung bagaimana proses pembuatannya.

Di tengah teknologi modern soal perkainan, banyak pengunjung pameran yang terkagum-kagum dibuatnya. Tidak berlebihan kiranya jika Nyak Mu mendapat penghargaan upakarti pada tahun 1991.

Kecintaan Nyak Mu pada kain berawal tatkala ia menerima selembar kain pusaka, warisan neneknya, almarhumah Naimah atau biasa dipanggil Nyak Naim.

Motif Kain Tenun Aceh

Kalian mau tahu motif apa saja yang bisa ditemukan pada kain tradisional Aceh? Berikut ini diantaranya:

Motif Tumpuk Manggis

Jika kalian berkunjung ke Aceh, motif jenis ini banyak ditemui pada kain pada masyarakat Gayo/Alas. Motif ini menggambarkan kondisi lingkungan setempat yang subur.

Dipilihnya buah manggis lantaran dianggap sebagai raja buah dengan kandungan anti oksidan yang tinggi. Kalian pasti tahu apa itu oksiden, yaitu racun tubuh yang harus dibuang.

Motif Bungong Kalimah

Motif Bungong Kalimah berasal dari Aceh Besar, sebuah wilayah di Aceh yang memiliki keindahan motif hias nan cantik.

Motif ini berisi kalimah Allah, dimanfaatkan sebagai selendang atau penutup kepala wanita. Motif ini biasanya di apklikasikan pada ujung kain tenun.

Motif Bunga Delimah

Gagasan ini berdasarkan apa yang disebutkan dalam Alqur'an bahwa buah delima merupakan salah satu buah yang terdapat dalam surga.

Motif Hias Tuleng Iken

Jenis motif ini banyak ditemukan di daerah Gayo/Alas. Motif hias tuleng iken atau tulang ikan merupakan perwujudan ikan depik.

Motif Daun Sirih

Kalau daun sirih kalian pasti tahu, nah di Aceh juga ada motif kainnya. Makna yang terkandung di dalamnya ialah kehidupan yang terus meningkat, karena seperti itulah sifat sirih.

Saat ditanam ia sedikit, namun ia mampu merambat dan sehingga menjadi rerimbunan yang bermanfaat.

Nah, ikan depik adalah binatang air yang khas daerah ini. Sedangkan motif peger atau pagar melambangkan perlindungan.

Fisolofinya, selembar kain mampu memberikan perlindungan kepada pemakainnya terhadap rasa malu karena mampu menutup aurat dengan baik.

Demikianlah artikel kain tradisional Aceh, semoga bermanfaat***

0 Response to " Songket, Kain Tradisional Aceh yang Lekat dengan Perjuangan"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel