Batik Motif Nitik Asal Yogyakarta, Sejarah, Motif dan Maknanya

Indonesia memiliki banyak sekali ragam motif batik. Apalagi zaman sekarang, setiap daerah mengembangkan pola batiknya sendiri berdasarkan kearifan lokal. Nah, kalian tahu batik motif nitik? 

Foto : Instagran batiknitikwundri

Motif batik nitik berkembang di daerah, meski awalnya lahir di Yogyakarta. Jadi ketika bicara tentang batik ini sebenarnya ada penggalan sejarah di dalamnya. Bagi saya pribadi, hal tersebut justru menambah daya tarik hadirnya sebuah motif batik. 

Karena ia lahir bukan ujug ujug, serta merta atau tiba-tiba. Melainkan karena sebuah proses panjang yang tentu saja harus kita hargai keberadaannya meski sampai nanti. Kita berkwajiban melestarikannya hingga anak cucu akan tetap mengenal batik. 

Kelahiran Batik Motif Nitik 

Pada tahun 1600-an Belanda memonopoli penjualan kain tenun Patola India. Hal ini saya baca dari laman resmi Warisan Budaya Kemendikbud. Karena hal itu harga jual dari kain tersebut berlipat-lipat ganda yang mengakibatkan penjualan kain Patola menurun di tahun 1700-an. 

Namun produksi batik oleh masyarakat Yogyakarta tak boleh terhenti hanya karena persoalan itu. Masyarakat pun memutar otak untuk membuat kain batik dengan motif Patola sebagai gantinya. Tak disangka lahir batik nitik, yang namanya berasal dari bahasa Jawa 'nitik' yang artinya titik. 

Masyarakat pada saat itu pun lebih memilih untuk membeli kain batik produksi dalam negeri ketimbang kain impor yang dimonopoli Belanda. 

Dalam sebuah artikel di koran yang pernah saya baca, Raja Keraton Yogyakarta, Sri Sultan HB X menjelaskan, Batik Nitik merupakan batikang berasal dari Kembangsongo Bantul. Ia merupakan batik khas Yogyakarta sebagai salah satu motif batik tertua di lingkungan keraton. 

Ia pun membenarkan sejarah Batik Nitik. Saat harga kain tenun Patola India, sejenis kain cind鬠dimonopoli Belanda, muncul gerakan yang diprakarsai kaum perempuan Jawa. Gerakan ini membuat kain batik dengan motif Patola. 

Untuk melestarikannya motif batik ini sudah mengantongi Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Dan satu satunya motif batik tulis yang telah memiliki Hak Kekayaan Komunal sebagai Indikasi Georgrafis Kembangsongo Bantul. 

Dan pada 23 November 2021 lalu, Sri Sultan HB X meresmikan Indikasi Geografis Gebyar Batik Nitik di Balai Desa Trimulyo, Kalurahan Jetis, Kabupaten Bantul.

Foto : Instagran batiknitikwundri


Ciri Khas Motif Batik Nitik 

Kalian yang baru mendengar nama batik ini silakan dibaca artikel ini ya. Bicara motifnya, cirinya ada ribuan titik-titik. Wah, sangat telaten sekali para pembatiknya ya sobatbatik? 

Nitik merupakan ragam hias ceplokan yang tersusun atas garis-garis halus, balok-balok kecil, segi empat, serta titik-titik halus yang sepintas menyerupai tenunan. Selain membentuk pola geometris, batik nitik juga terdiri dari bentuk-bentuk yang melambangkan keanekaragaman alam, seperti bunga, daun, dan sulur. 

Mengapa pembatiknya telaten membentuk ribuan titik di atas selembar kain? Kuncinya ada pada penggunaan canting cawang dalam pembuatan batik tulis. Perbedaan canting cawang dengan canting lainnya ialah pada ujung canting dibelah menjadi 4 sehingga hasil goresannya berupa garis bukan titik. 

Garis-garis yang terukir dari malam yang keluar dari bibir canting menghasilkan batik yang memiliki ciri khas. Ciri khas itulah yang akhirnya disebut sebagai Nitik dan menjadi keunikan Kembangsongo. 

Untuk proses pembuatannya memakan waktu 2-3 bulan. Tidak heran jika hasilnya ialah batik yang elegan. Batik nitik dibuat dengan teknik dobel ikat yang dikenal dengan Patola atau Cinde. 

Meski titik titik memenuhi hampir permukaan kain, namun ada pola lainnya sebagai pelengkap. Elemen lain pada motif ini diantaranya berupa ragam hias ceplokan yang tersusun rapi pada suatu pola geometris. 

Misalnya segi empat, balok-balok kecil, garis halus, serta dipadukan dengan hiasan titik. Selain pola geometris, ciri khas lainnya pada kain batik dengan motif nitik adalah bermuatan bentuk-bentuk unsur alam khususnya tanaman. 

Mulai dari motif bunga, daun, atau sulur-sulur. Sebagai salah satu motif tertua asal Yogyakarta, corak satu ini memiliki kekhasannya sendiri dari segi warna. Yakni didominasi oleh warna yang cenderung gelap. 

Pewarnanya dibuat menggunakan rebusan kayu soga. Getak kayu ini menghasilkan warna natural dan klasik. Secara umum, tampilan corak ini terlihat rapat. 

Batik nitik memiliki 79 motif, dengan 5 motif yang merupakan motif dasar batik nitik. Motif dasar batik nitik di antaranya adalah nitik, nitik dan cecek, nitik dan klowong, nitik-cecek-klowong, nitik-klowong-tembokan. 

Sedangkan, beberapa motif klasik batik nitik yang menjadi ciri khas dari Kembangsongo, Bantul sendiri adalah motif kembang waru, motif nogo sari, motif srengenge, dan motif kembang dangah. 

Pada kepemimpinan Sri Sultan HB VII pula, kain batik nitik ini dipesan langsung oleh Keraton untuk menjadi salah satu kain batik yang dikenakan di lingkungan Keraton Yogyakarta.  

Foto : Instagran batiksekarnitik


Makna Batik Nitik 

Pada permukaan selembar motif batik Nitik, ada makna yang terkandung di dalamnya. Menurut Sri Sultan HB X saat meresmikan Indikasi Geografis Gebyar Batik Nitik di Balai Desa Trimulyo, Kalurahan Jetis, Kabupaten Bantul, 23 November 2021 lalu, disebutkan filosofinya. 

Lebih lanjut Sri Sutan mengungkapkan, Batik Nitik menyiratkan keseimbangan hubungan antara manusia dengan Tuhan dan alam semesta. Motif batik ini melukiskan jati diri manusia sebagai makhluk sosial yang saling bergantung satu sama lain. 

Begitulah sahabat, sangatlah dalam simbol yang digambarkan oleh motif batik ini. Jika direnungkan, akan menjadi sesuatu yang harmonis bila semua mahluk sosial berpikiran nggak akan bisa hidup sendirian. ***

0 Response to "Batik Motif Nitik Asal Yogyakarta, Sejarah, Motif dan Maknanya"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel