Ketika Pemerintah dan Swasta Tak Menginginkan Batik Lasem Mati

Di antara sekian nama batik, Batik Lasem berhak disebut. Memang kalah populer dengan Batik Solo, Yogyakarta, Cirebon, Pekalongan dan sebagainya.

Padahal Batik Lasem memiliki sisi sejarah yang panjang. Batik asal Lasem, Kabupaten Rembang, ini memiliki ciri khas perpaduan motif batik Jawa dan corak Tiongkok.

batik-lasem-jangan-mati
Seorang bocah di antara pesona motif Batik Lasem yang kini tengah diupayakan agar mampu bangkit kembali seperri dahulu. Foto - instagram @oemahbatiklasem

Tak salah, karena merupakan hasil dari akulturasi budaya sejak akhir abad ke-14 Masehi ketika armada di bawah pimpinan Laksamana Cheng Ho sempat bersinggah di nusantara.

Batik Lasem pernah mengalami kejayaan pada kisaran tahun 1970. Namanya bahkan disandingkan dengan batik Surakarta, Yogyakarta, Pekalongan, Banyumas, dan Cirebon. 

Tak hanya dikenal dalam negeri, Batik Lasem pun mampu menarik hati penggemarnya dari berbagai belahan dunia.

Namun lama-lama Batik Lasem semakin terpuruk. Penetapan Hari Batik pada 2009 sempat kembali mendongkrak batik Lasem, namun itu tak mampu membuatnya menggeliat seperti zaman dahulu.

Melihat kondisi tersebut, pemerintah pun turun tangan. Pemprov Jawa Tengah dan Pemkab Rembang pun berupaya menjembatani berbagai cara agar Batik Lasem tetap hidup.

Baca Juga: Geliat Batik di Kabupaten Lingga, Kepri

Tak cukup sampai di situ, Pemda pun menggandeng PT HM Sampoerna Tbk melalui mitra tanggung jawab sosial perusahaan Business and Export Development Organization (BEDO).

Kolaborasi ini bertugas menghubungkan pengrajin Batik Lasem dengan desainer untuk mendapatkan pelatihan dan pembinaan. Bahkan pengrajin juga dibekali keterampilan wirausaha dan kemampuan pemasaran.

Menurut Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Jawa Tengah, Siti Atikoh, untuk memperkenalkan batik Lasem ke khalayak yang lebih luas maka dikembangkan menjadi aneka ragam pakaian siap pakai.

"Mereka juga dibuatkan label bernama Batik Lasemku," tutur istri Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo ini, Kamis (21/4/2022) lalu, melansir liputan.com.

Pengrajin di bawah label Batik Lasemku pun dilibatkan pada perhelatan Rembang Fashion Parade. Terdapat 14 UMKM batik dan sembilan desainer menampilkan hasil desain baju Batik Lasem yang diolah menjadi beragam busana siap pakai.

Perhatian juga disampaikan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo saat membuka Rembang Fashion Parade. 

Baca Juga : Batik Masuk Hingga ke Daerah Terluar Negeri Ini

"Harapan saya Batik Lasem di Rembang kembali bangkit sehingga dapat memicu perekonomian Kabupaten Rembang dan sekitarnya," ujar Ganjar.

Dekranasda Jawa Tengah, Sampoerna, dan BEDO juga bekerja sama untuk menulis buku bertajuk “Memadukan Keberagaman – Dokumentasi Motif Modifikasi Batik Tulis Lasem”. 

Penulisannya mengikutsertakan budayawan dan komunitas batik setempat.

Sampoerna sendiri tertarik dan menerima ajakan kerja sama Pemda lantaran memiliki kedekatan. 

Ini disampaikan Kepala Urusan Eksternal Sampoerna Ishak Danuningrat, "Kedekatan kami dengan Rembang yang telah terbangun mendorong kami untuk dapat berkontribusi kepada pelestarian budayanya, serta mendorong kemajuan perekonomian setempat." ***

0 Response to "Ketika Pemerintah dan Swasta Tak Menginginkan Batik Lasem Mati"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel