Belajar Mandiri Lewat Keberhasilan Tegalrejo Sebagai Kampung Batik

Kampung-kampung batik saat ini banyak bermunculan di Indonesia. Namun kita tak bisa melupakan bagaimana perjuangan Desa Tegalrejo, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta.

Di sini terdapat Kampung Berseri Astra (KBA) Gedangsari,  program unggulan dari Astra yang menitikberatkan pada kesehatan, pendidikan, lingkungan dan kewirausahaan.

Generasi muda di Gedangsari, termasuk Tegalrejo kini tak malu lagi belajar dan menekuni usaha batik.
Sumber foto: instagram/kba_gedangsari

Luar biasanya Kampung Batik Tegalrejo, warga memiliki semangat yang tinggi untuk mengubah keadaan. Rupanya mereka sadar tak akan ada yang bisa mengubah kondisi tersebut selain upaya sendiri. Dan program Astra pun disambut dengan penuh optimisme.

Pemerintah daerah setempat pun tak menutup mata, sehingga Kampung Batik Tegalrejo menurut saya sangat pantas dijadikan tempat berguru kampung-kampung batik lain yang hanya sekadar berdiri dan berjualan batik.

Saat ini ada ratusan warga Desa Tegalrejo yang menekuni usaha membatik. Padahal, sejak zaman dahulu kampung ini hanya dikenal sebagai kampungnya buruh batik. Warga memang bisa membatik, namun bekerja di pabrik batik di Klaten, karena desa ini memang sudah berbatasan dengan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kini para pembatik Desa Tegalrejo adalah pengusahanya sendiri.

Batik yang dibuat warga Desa Tegalrejo memiliki ragam warna menarik. Namun tahukah sobat jika warna yang digunakan berbahan alam. Pemerintah daerah turut membantu meneliti kandungan dedaunan, kulit kayu atau akar dan tumbuhan lain yang bisa dijadikan sumber pewarna.

Sobat tentu mengenal pohon jolawe, yang konon dianggap angker. Juga pohon nangka, mahoni, indigofera, pace, ubi jalar, jati, daun mangga dan sejenisnya. Bagi orang lain itu hanyalah pohon biasa.

Namun bagi warga Tegalrejo,  semuanya itu bisa menjadi bahan pewarna alami untuk batik. Jangan heran jika di sekitar rumah warga banyak ditemukan pepohonan yang sekilas mirip semak belukar.

Seorang pembatik di Tegalrejo, Gedangsari, menggunakan bahan pewarna dari alam.
Sumber foto: instagram/kba_gedangsari
Jika saat ini sobat batik mengenal motif seperti Ratuning Gedangsari I, Ratuning Gedangsari II, Pring Sedapur dan Sekaring Gedangsari, merupakan motif karya para pembatik setempat. Ada 11 kelompok yang bergerak dalam industri batik.

Hasil nyatanya yang bisa dirasakan masyarakat ialah peningkatan ekonomi secara signifikan. Selain itu dampaknya untuk generasi muda cukup bagus. Anak-anak muda tak malu tinggal di kampung sambil mengembangkan usaha batik keluarganya. Beberapa orang bahkan sudah mandiri sebagai pengusaha batik muda. Keren ya sobat batik.

Batik terbukti mampu menjadikan hidup beberapa warga Tegalrejo hidup lebih layak. Beberapa diantara mereka memiliki usaha mandiri, dengan dibantu belasan sampai puluhan warga. Mereka adalah para tetangga.

Meski demikian, sikap dan perilaku khas Indonesia masih dipertahankan. Untuk urusan produk, para perajin berlomba dan bersaing, namun nyatanya mereka tetap kompak. dengan senang hati antara pengrajin batik masih saling berbagi ilmu dan hal lain.

Salah satu bentuknya, seorang pengrajin tak segan-segan memberikan pesanan kepada pengrajin lain. Sebuah sikap yang tak semua orang bisa melakukannya. Apalagi itu berkaitan dengan rezeki. Dan ini yang membuat Paguyuban KBA selalu semarak, penuh rasa semanak dan seduluran.

Meledaknya industri batik di Tegalrejo terjadi setelah pascagempa. Pada tahun 2007 mulai didirikan pelatihan dari Balai Batik Yogyakarta. Sebelumnya ada satu dua pembatik, namun sebatas pengrajin. Belum terpikir untuk menciptakan motif apalagi mengembangkannya dalam skala desa atau kampung.

Sementara peran Astra sendiri lebih banyak ditujukan untuk pendidikan. Dukungan perusahaan ini ke SMKN 2 Gedangsari membuat anak-anak muda lulusan sekolah ini bukan hanya bisa membatik, melainkan juga piawai menjualnya. Padahal menjual adalah hal yang dari dahulu paling sulit dilakukan oleh warga Tegalrejo maupun Gedangsari.

Jangan berpikir batik Tegalrejo hanya digemari di dalam negeri. Ada warga negara Jepang, Australia, Qatar dan negara lain pun menyukai batik-batik di kampung ini karena warna berbahan dasar alam.

Nah sobat batik, pasti tertarik untuk mengunjungi Kampung Batik Tegalrejo, Gedangsari, bukan? Siapa tahu apa yang ada di sini bisa diterapkan di kampung batik yang juga ada di kampung sobat namun perkembangannya begitu-begitu saja.

Tentang Kampung Berseri Astra (KBA)

Kampung Berseri Astra (KBA) merupakan program Kontribusi Sosial Berkelanjutan Astra yang diimplementasikan kepada masyarakat dengan konsep pengembangan yang mengintegrasikan 4 pilar program yaitu Pendidikan, Kewirausahaan, Lingkungan dan Kesehatan.

Melalui program Kampung Berseri Astra ini masyarakat dan perusahaan dapat berkolaborasi untuk bersama mewujudkan wilayah yang bersih, sehat, cerdas dan produktif sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat di wilayah Kampung Berseri Astra.

Dalam menentukan dan memilih calon Kampung Berseri Astra (KBA) terdapat beberapa tahapan yang harus dilewati, antara lain:
  • Koordinasi Perusahaan Grup Astra
  • Pembentukan Tim Kampung Berseri Astra
  • Koordinasi dengan Pemerintah Daerah
  • Social Mapping
  • Penentuan Lokasi Kampung Berseri Astra
Tuh Sobat Batik, untuk bisa dipilih sebagai KBA seperti Gedangsari tentu bukan hal gampang. Ada pola penilaian yang ketat. Ya maklumlah, perusahaan sekelas Astra pasti menginginkan kampung yang terpilih benar-benar memiliki sesuatu untuk diunggulkan.

Artinya, untuk mengunjungi Kampung Batik Tegalrejo yang ada di wilayah Gedangsari bukan pilihan yang salah. Apalagi sekarang di sini juga ada agenda wisata seperti Family Trip.



Jangan khawatir Sobat Batik, dalam paket wisata ini kalian akan menikmati banyak lokasi, salah satunya workshop membatik. Wuih, pasti menyenangkan ya, sudah pelesiran masih mendapatkan ilmu dari kampung batik yang terkenal.

Mengapa Harus Batik Tegalrejo?

Di Kampung Batik Tegalrejo kegiatan seperti ini dapat kalian ikuti melalui workshop. Foto - isntagram/kba_gedangsari
Mungkin diantara Sobat Batik ada yang bertanya (dalam hati juga boleh) mengapa harus Tegalrejo saat membicarakan batik tradisional?

Menurut saya ada beberapa alasan untuk memberikan jawabannya, diantaranya sebagai berikut:

Pertama, Batik Tegalrejo memang sudah mendunia. Potensi wisata yang ada di Tegalrejo bukan hanya batik, melainkan ada banyak lokasi indah yang menjadi destinasi kunjungan turis mancanegara. Nah, saat itulah mereka juga diperkenalkan dengan Batik Tegalrejo dan membawanya ke kampung halaman mereka sebagai oleh-oleh.

Lalu mereka bercerita kepada teman-temannya, yang datang di kemudian hari untuk berwisata dan juga membeli Batik Tegalrejo.

Kedua, Tegalrejo adalah satu dati 7 kampung di Kecamatan Gedangsari, Gunung Kidul, awalnya hanya dikenal sebagai desa yang tertinggal. Namun perlahan-lahan masyarakatnya sangat terbuka dengan inovasi sehingga pada 2017 Tegakrejo mendapatkan predikat sebagai Kampung Batik serta Kampung Wisata Rintisan.

Ketiga, jika Sobat Batik rajin mencari artikel batik selama 10 tahun terakhir, pasti nama Tegalrejo disebut-sebut. Karena selama rentang waktu itu perkembangan batik di kampung ini luar biasa. Sentra-sentra batik bermunculan di perkampungan yang dihuni kurang dari 3.000 jiwa ini.

Keempat, para pembatik di Tegalrejo sangat menghargai alam. Mereka menghargai tanaman, pepohonan karena dari alamlah mereka mendapatkan pewarna alami untuk proses membatik.

Bayangkan Sobat Batik, di zaman yang serba mudah ini masih ada pembatik yang bersusah payah mempeoses dedaunan, akar pohon, kulit pohon hanya untuk mendapatkan warna tertentu.

Yuk berkunjung ke Kampung Batik Tegalrejo! ***

0 Response to "Belajar Mandiri Lewat Keberhasilan Tegalrejo Sebagai Kampung Batik"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel