Batik Wahyu Tumurun, Sejarah, Motif dan Filosofinya

batik-wahyu-tumurun

Beragam motif batik yang sudah saya tulis di blog ini ternyata baru sedikit dibandingkan yang ada di Indonesia. Kali ini bagaimana kalau kita membicarakan batik wayyu tumurun teman-teman?

Pada momen tertentu, batik wahyu turumun masih dikenakan oleh orang Jawa. Misalnya saat malam satu Syuro. Ada ragam pola pada batik wahyu tumurun. Diantaranya pola mahkota terbang yang menjadi motif utama menyimbolkan kemuliaan. 

Filosofinya menggambarkan pengharapan agar mendapat petunjuk, berkah, rahmat dan anugerah yang berlimpah dari sang pencipta semesta. Batik Wahyu Tumurun juga menyiratkan berkah kehidupan lahir-batin, keharmonisan, dan kebahagiaan yang terjaga.

Karenanya banyak yang menyukainya karena harapan yang dilontarkan buan untuk pemekainya saja. Melainkan harapan agar kemuliaan juga dirasakan oleh segenap masyarakat Indonesia.

Asal Batik Wahtu Tumurun

Batik wahyu tumurun telah dikenal sejak tahun 1480 di wilayah Yogyakarta, baru menyebar ke berbagai daerah. Saat menyebar ke berbagai daerah inilah motifnya mengalami perkembangan variasi.

Terdapat juga batik motif wahyu tumurun yang berasal dari derah Putra Mangkunegaran. Jenis batik ini merupakan batik keraton. Batik ini biasa dipakai oleh mempelai pengantin pada waktu panggih. 

Yogyakarta memang kaya motif batik, termasuk juga gambar batik daun yang belakangan menjadi terkenal dan trend.

Wahyu berarti anugerah, tumurun berarti turun, dengan menggunakan kain ini kedua pengantin mendapatkan anugerah dari yang Maha Kuasa berupa kehidupan yang bahagia dan sejahtera serta mendapat petunjukdari Tuhan Yang Maha Kuasa.

Khusus di Yogyakarta, motif burung yang biasa digunakan adalah burung merak. Burung ini dianggap sebagai simbol lokal Kota Gudeg. 

Sedangkan saat kalian bepergian ke Solo, akan melihat motif batik wahyu tumurun menggunakan motif burung merak dan burung phoenix.

Burung phoenix bukanlah burung asli Solo, melainkan berasal dari Tiongkok. Hal ini terjadi karena pada waktu itu kehadiran orang-orang Tiongkok turut memberi pengaruh pada motif batik yang ada.

Saat ini banyak batik wahyu tumurun yang dijual berasal dari pengrajin tradisional asal Bayat, Klaten, Jawa Tengah. Batik Bayat terkenal turun temurun dari zaman Sunan Pandanaran.

jangan heran jika banyak batik tulis asli yang dijual di Yogyakarta, Jakarta dan kota-kota besar lain berasal dari tangan pengrajin di sentra Batik Bayat, Klaten ini.

Motif Utama Mahkota Terbang 

Batik wahyu tumurun merupakan salah satu motif yang sering dipakai. Motif ini banyak disukai karena keindahan pola dan filosofinya yang mendalam. Kalian bisa mengenalinya karena polanya yang khas dan unik.

Biasanya mahkota terbang menjadi motif utamanya. Bentuknya lebih menonjol dengan tambahan motif sepasang ayam atau burung yang berhadap-hadapan. Di dalam mahkota biasa diberi isen bunga-bunga.

Sebagai motif tambahan, ada yang melengkapinya dengan berbagai pola tumbuh-tumbuhan yang bersemi. Dalam istilah batik, disebut sebagai motif semen. Kadang juga ada yang memberikan sentuhan motif bunga-bunga yang bersebaran.

Diantaranya truntum, motif ukel, sogan, juga granitan. Namun jika diperhatikan motif tambahan tadi hanya variasi belaka dari mahkota terbang pada batik wahyu tumurun.

Filosofi Batik Wahyu Tumurun

Pola dalam motif batik wahyu tumurun memiliki makna serta filosofi tertentu. Pola mahkota terbang yang menjadi motif utama menyimbolkan kemuliaan.

Filosofinya menggambarkan pengharapan agar para pemakainya mendapat petunjuk, berkah, rahmat, dan anugerah yang berlimpah dari Tuhan Yang Maha Kuasa. 

Pengharapan untuk mencapai keberhasilan dalam meraih cita-cita, kedudukan ataupun pangkat. Sementara dalam hal khusus seperti pernikahan, motif ini menyiratkan berkah kehidupan lahir batin dalam kehidupan berumah tangga, keharmonisan dan kebahagiaan yang langgeng dan terjaga selamalamanya. 

Dalamnya makna kehidupan rumah tangga inilah yang membuat motif wahyu tumurun dipilih sebagai motif khusus yang sering dikenakan dalam upacara pernikahan adat Jawa.

Zaman dahulu, untuk persiapan pembuatan pola atau motif batik harus melalui proses yang terbilang berat. Para pembuat polanya harus berpuasa 40 hari 40 malam sebelum memulai membatik. 

Karena itulah batik wahyu tumurun memiliki makna filosofis dan historis yang mendalam. Setiap pola yang tercipta, garis dan titik yang membentuk motif batik berisikan doa dan pengharapan tersendiri pada Tuhan Yang Maha Kuasa.

Seiring perkembangan zaman, batik dengan motif wahyu tumurun digunakan sebagai kemeja pria, rok wanita, jas, blazer, dan sebagainya. Saat menjahit, yang harus diperhatikan ialah posisi atau kedudukan motifnya.

Jangan sampai bentuk mahkota atau ayam/burungnya dalam posisi terbalik. Bila itu terjadi, maknanya akan hilang. Dan ini benar-benar terjadi, ketika kalian melihat posisinya terbalik maka bentuknya seperti kuda laut. Padahal itu terbalik.

Semoga artikel Batik Wahtu Tumurun bisa memberikan manfaat dan berguna buat kalian. ***

0 Response to "Batik Wahyu Tumurun, Sejarah, Motif dan Filosofinya"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel