Sejarah Batik Kudus, Ada Sejak Abad ke-17

Sejarah batik Kudus sebenarnya sudah cukup tua. Dari The Journey: Batik Pesisir from Semarang, Kendal, Demak, & Kudus, Leneke F Priyo, 2009, dituliskan jika batik di sebuah kabupaten di Jawa Tengah ini bahkan sudah ada sejak abad ke-17.

Foto : Instagram : balijava.dw

Kalian mungkin nggak berpikiran jika sejarah batik Kudus itu benar-benar ada, bukan? Wajar, karena selama ini kita mengenal Kudus sebagai kota kretek ataupun kota jenang. Padahal para pembatik pada saat itu tersebar di Tanjung Karang, Dawe dan Gebog.

Sementara dikutip dari Keretek, Kajian Ekonomi & Budaya 4 Kota, 2010, Roes Topatimasang, dkk, budaya membatik di Kudus justru disalip oleh kota lain, Seperti Pekalongan, Tegal, Solo, dan Yogyakarta.

Hal ini karena saat itu persaingan antara pembatik lokal dan Tiongoa begitu ketat. Tentang waktu 1870 sampai 1880, sejumlah pengusaha batik lokal akhirnya membuka usaha lain, seperti rokok.

Batik Kudus berkembang sejalan dengan perkembangan dengan kerajaan di Jawa. Diperkirakan Batik Kudus mulai berkembang pada abad ke-16 yang merupakan abad permulaan masuknya budaya Islam di tanah Jawa.

Sebagai pusat kota yang berada di sekitar Kerajaan Demak, yang pada waktu itu pemerintahan Kota Kudus berada di bagian barat di sekitar komplek Masjid Menara.

Ini ditandai dengan munculnya Batik dengan ciri khusus tata warna atau yang disebut Babaran, Langgar Dalem dan Kerjasan. Dua desa ini yang dahulu merupakan daerah pembatikan yang paling tertua dengan warna Soga Kudusan (warna coklat khusus), warna biru dan hitam. Dua daerah ini berada di area Menara Kudus.

Sejalan dengan perkembangan batik di Kudus, munculah kampung-kampung pembatikan dengan ciri khusus, diantaranya adalah Kampung Janggalan dengan corak yang masih mengikuti gaya lama tetapi sudah muncul Batik Cap.

Sedangkan Kampung Kedung Paso mempunyai ciri khusus yang disebut Babaran Kedung Paso dengan ciri warna keunguan, hijau, biru dan coklat untuk warna ini sering disebut busono kelir.

Apabila tiga warna, disebut Tri Busono. Rupanya didaerah Kedung Paso ini adalah daerah yang paling lama berkembang sampai saat ini.

Dalam kurun waktu dua dekade, orang nyaris nggak pernah lagi mendengar sejarah batik Kudus. Menyadari jika kota ini memiliki harta terpendam, Pemkab Kudus melalui Dinas Perindustrian, Koperasi dan UMKM menggelar pelatihan membatik pada tahun 2007.

Nggak banyak yang tertarik, karena hanya diikuti 20 peserta. Namun Pemkab nggak putus asa, tiga tahun kemudian yakni 2010 kembali digelar pelatihan serupa. Sayangnya hanya beberapa dari peserta pelatihan yang menjalankan batik.

Batik Kudus kemudian mulai diminati pada 2005, di mana perkembangannya tak lepas dari peran Yuli Astuti, owner Muria Batik Kudus.

“Kini, batik Kudus secara perlahan tapi pasti, mulai diminati. Namanya, dikenal tak hanya di kancah lokal saja, melainkan sudah Nasional,atau bahkan sampai internasional. Batik Kudus sering ambil bagian dalam even-even berskala nasional maupun internasional,” ujarnya dalam sebuah wawancara kepada media, beberapa waktu lalu.

Pemkab yang melihat hal ini menjembatani dengan mengadakan pelatihan lagi. Pesertanya meningkat menjadi 120 orang. Dari jumlah tersebut 60 dilatih sebagai pembatik termasuk pewarnaan.

Sedangkan sisanya yang 60 orang dilatih menjadi desainer motif batik.

Sejarah batik Kudus akhirnya mengilhami beberapa orang untuk mengenalkannya lebih jauh, nggak hanya lokal melainkan internasional.

Foto : Instagram : balijava.dw

Salah satu desainer tanah air, Denny Wirawan berkesempatan unjuk gigi di kancah fashion dunia. Melalui Balijava koleksi Batik Kudus, Denny Wirawan bersama Bakti Budaya Djarum Foundation berlaga di Fashion Gallery New York Fashion Week (FGNYFW) 2016 pada 15 Februari 2016 waktu setempat di Ballroom Hotel Affinia Manhattan, New York.

Sebanyak 15 koleksi Batik Kudus dalam lini etnik Balijava dipamerkan di hadapan para pencinta mode di level internasional tersebut.

FGNYFW merupakan bagian dari rangkaian acara NYFW yang dikenal sebagai salah satu kiblat fashion dunia. Para desainer dunia berkesempatan menampilkan hasil karya mereka di NYFW ini dalam empat bagian acara, yaitu New York Fashion Week Main Tent, Style New York Fashion Week, Couture New York Fashion Week dan FGNYFW.

Saat ini Batik Kudus semakin semarak. Banyak perajin yang menyadari betapa kayaknya Kudus dengan motif batik yang harus dilestarikan. Demikianlah sobat artikel sejarah batik kudus, semoga bermanfaat. ***

0 Response to " Sejarah Batik Kudus, Ada Sejak Abad ke-17"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel