Pengikut Diponegoro dan Batik Banyumasan

Di Jawa Tengah, ada salah satu karesidenan yang memiliki aksen yang berbeda dengan masyarakat Jawa Tengah pada umumnya. Karesidenan itu ialah Banyumas, yang beribu kota di Purwokerto. Gaya bahasanya dikenal dengan sebutan ngapak.

Saat masih kuliah di Surakarta, teman-teman saya banyak yang berasal dari Banyumas. Kala itu bagi saya yang menarik memang dialeknya, belum terpikir jika daerah ini ternyata menyimpan keindahan motif batiknya.

Sumber foto: jejakbatik.blogspot.com
Banyak referensi yang menuliskan jika sejarah Batik Banyumas tak lepas dari Pahlawan Diponegoro. Banyak yang meyakini lahirnya Batik Banyumas karena dibawa para pengikut Pangeran Diponegoro yang bermukim di wilayah Sokaraja.

Kain yang dipakai kala itu merupakan kain tenunan sendiri. Sedangkan pewarnanya memenfaatkan pewarna alam seperti pohon mengkudu atau pace serta pohon tom. Pohon tersebut mampu mengeluarkan pewarna alam merah kekuning-kuningan.

Itu terjadi pada kisaran tahun 1980, masa di mana perang Diponegoro melawan Belanda berakhir setelah meletus tahun 1825.

Perlahan-lahan budaya membatik pun tumbuh di masyarakat desa. Kemudian pada akhir abad XIX mereka berhubungan dengan para pembatik Solo dan Ponorogo.

Setelah perang dunia kesatu pembatikan mulai pula dikerjakan oleh Cina di samping mereka dagang bahan batik.

Motif Batik Banyumas

Motif batik Banyumas pada umumnya adalah motif Sekarsurya, Jayhe Puger, Sidoluhung, Kantil, Cempaka Mulya, Madu Bronto, Gunungan, Kawung Jenggot dan sebagainya.

Ciri Batik Banyumas

Batik Banyumas dapat dikenali dari ciri atau polanya yang merupakah khas pedalaman. Yakni masih terinspirasi oleh tumbuhan atau hewan. Warnanya dodominasi gelap atau tua. Gambarnya tegas dan lugas, menggambarkan budaya Banyumas yang ada adanya.

Banyak motif batik diciptakan, namun memiliki garis merah berupa motif Jonasan. Motif ini merupakan kelompok motif non geometrik yang cenderung memiliki warna dasar kecoklatan dan hitam.

Perkembangan Batik Banyumas

batik banyumas 2
Sumber foto: jejakbatik.blogspot.com
Pemerintah daerah turut nguri-uri (menjaga) Batik Banyumas. Diantaranya dengan mengenakan batik bagi pegawai serta pelajar di hari tertentu. Pada tahun 2018 misalnya, Pemkab Banyumas menggelar Parade Batik yang diikuti ratusan peserta.

Ada juga sekolah yang mengadakan pameran desain dan poster bertema cinta batik di Hari Batik Nasional pada tahun itu. Bahkan SMP Negeri 5 Purwokerto meresmikan jamk pelajaran membatik.

Bahkan siswa di Banyumas memiliki motif favorit yaitu motif jahe dan lumbon. Motif jahe misalnya, gambaran rimpang disukai siswa lantaran memudahkan siswa berkreasi.

Sentuhan-sentuhan kreasi siswa pun lebih leluasa. Adapun batik Banyumasan motif lumbon populer karena bentuknya yang khas dan mudah dikenali.

Secara filosofi, jahe adalah tanaman yang kaya manfaat. Di dalamnya terkandung zat-zat yang menyehatkan. Jahe juga merupakan obat tradisional yang diwariskan turun temurun oleh nenek moyang.

Adapun lumbon atau lumbu adalah tanaman khas di Banyumas yang bisa dimanfaatkan dari batang hingga daunnya. Batang lumbu dimanfaatkan sebagai sayur yang bergizi tinggi dan dikonsumsi sebagai masakan khas Banyumas.

Adapun daunnya, selain bisa dimasak, juga dimanfaatkan untuk pakan ikan gurami. Sebagaimana diketahui, Banyumas dikenal sebagai sentra gurami dengan benih berkualitas tinggi. ***

0 Response to "Pengikut Diponegoro dan Batik Banyumasan "

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel